Belajar berintegritas
Dunia pendidikan kedinasan membahas tentang integritas yang selalu didengungkan dan dibahas. Integritas yang menurut beberapa referensi adalah konsistensi atau keteguhan terhadap nilai-nilai luhur.
Integritas seseorang mungkin akan dinilai berbeda oleh orang lain. untuk satu cerita mungkin kita bisa menilai secara langsung keintegritasan seseorang tetapi untuk cerita lain mungkin beberapa orang akan memiliki pandangan yang berbeda.
Pernah mendapat share dari WA group, video tentang seorang tukang gerobak yang secara tidak sengaja menabrak mobil BMW sehingga mobil mewah itu tergores catnya.
Saat itu kondisi jalan sangat sepi dan tidak ada seorangpun yang melihat kejadian ini. tetapi tukang gerobak ini tetap berdiri di jalan tersebut dan menunggu orang yang punya mobil untuk meminta maaf.
setelah menunggu 2 jam datanglah pemilik mobil tersebut dengan ajudannya. ajudannya sangat marah melihat mobil Bos nya tergores dan meminta tukang gerobak untuk mengganti biaya kerusakan mobil mewah itu.
sambil meminta maaf tukang gerobak itu berjanji akan mengganti biaya kerusakan itu tetapi dengan biaya setengah dari yang diminta oleh sang ajudan. meskipun ajudan tidak setuju akhirnya sang Bos menyetujui angka yang ditawarkan oleh tukang gerobak seraya bertanya, "kenapa kamu tidak pergi saja setelah menabrak mobil saya?, khan saya tidak ada dan mungkin tidak ada orang yang tahu?". sambil menunduk tukang gerobak menjawab bahwa dia hanya ingin menjadi orang yang bertanggungjawab.
kemudian tukang gerobak meminta ijin untuk mengambil uang dirumahnya karena uang yang dibawanya kurang, dan akhirnya mereka bertiga menuju gubuk reot milik tukang gerobak yang tidak jauh dari tempat kejadian.
Di depan gubug reot, tergolek Bapak si tukang gerobak di kursi roda dengan kaki yang ditutup oleh selimut. Melihat kondisi itu Sang Bos bertanya apa gerangan yang terjadi pada Bapak tua itu. dengan suara pelan Bapak tadi menceritakan bahwa dirinya adalah korban tabrak lari dari orang yang tidak bertanggung jawab. tak berapa lama tukang gerobak keluar dari gubugnya seraya menyerahkan uang yang dijanjikan dan diterima oleh pemilik mobil.
setelah menyerahkan uang ke ajudan. tak berapa lama sang bos menyuruh ajudan untuk mengeluarkan segepok uang dari tas tenteng yang dipegang oleh ajudan dan kemudian diberikan kepada tukang gerobak sambil berkata "tidak banyak orang yang punya integritas tinggi seperti kamu dan silahkan terima uang ini sebagai rasa hormat saya kepada manusia langka yang masih menjunjung tinggi integritas dan mulai besok kamu bekerja di perusahaan saya dengan gaji tinggi karena perusahaan kami membutuhkan orang yang punya integritas dan tanggung jawab tinggi seperti kamu".
Cerita yang mengharukan dan mungkin saja hal tersebut terjadi di dunia nyata dan kita bisa menjudge bahwa si tukang gerobak meiliki integritas yang tinggi.
Ada cerita lain dimana suatu masa ada cerita tentang raja Antigon, dimana sang raja membuat aturan untuk semua rakyat untuk tidak boleh mengurus mayat prajurit musuh yang mati pada saat berperang meskipun mayat tersebut berada di wilayah kerajaan. Suatu saat ada rakyat yang diketahui mengurus mayat-mayat tersebut dan menguburkannya dengan keyakinan agar tidak menimbulkan penyakit di lingkungan kerajaan. Akhirnya orang itu di hukum penjara dan ternyata orang tersebut adalah adik kandung dari sang raja.
Cerita tersebut disampaikan kepada sekelompok orang dan didiskusikan untuk mencari siapa yang paling berintegritas. apakah si raja atau adik raja.
Hasil dari diskusi terpecah menjadi 3, kelompok 1 memilih raja karena konsisten mengikuti aturan walaupun ternyata yang dihukum adalah adik sendiri, kelompok ke 2 memilih adik raja dengan asumsi bahwa si adik mengikuti nilai-nilai luhur untuk mengurus mayat dan kelompok ke 3 adalah yang memilih bahwa keduanya memiliki integritas. bagaimana menurut anda?
saat ini integritas menjadi penting karena nilai-nilai luhur, konsistensi, keteguhan hati perlu di pertanyakan kembali dalam diri kita masing-masing dalam menghadapi pekerjaan atau menghadapi kehidupan ini.
integritas terkadang menjadi tidak penting disaat kita menghadapi persolan kecil. Pada saat ke toilet umum dan di pintu ada tulisan Rp 2000 dan saat itu tidak ada penjaga, mungkin kita akan melenggang kangkung setelah melepas hajat tanpa menaruh uang Rp. 2000 di kotak, dimana kondisi ini akan berbeda apabila di depan toilet terdapat penjaga yang mengutip uang.
Seorang anak sekolah yang tidak mau memberi contekan kepada kawannya pada saat ujian, menyebabkan si anak tidak disukai oleh sebagian kawan-kawanya. Seorang pegawai yang tidak mau menerima gratifikasi mungkin akan menjadi guncingan karena dianggap nyeleneh. Pertanyaannya apakah orang yang masih memiliki integritas pada akhirnya memiliki masalah??
disintegritas menjadi normal apabila dilakukan berjamaah dan terus menerus tanpa adanya keinginan untuk memperbaiki diri untuk belajar menjunjung integritas. orang yang berintegritas akan berpikir dua atau bahkan tiga dan empat kali untuk menerima gratifikasi atau korupsi. peperangan antara iblis dan malaikat berkecamuk di kepala dan pada akhirnya hanya diri kita yang tahu siapa pemenangnya.
Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah untuk selalu sedikit demi sedikit belajar berintegritas. Dengan mulai belajar dari hal-hal kecil yang terjadi dan jujur pada diri sendiri, belajar berkonsisten pada norma-norma luhur. Untuk menjadi ber integritas tidak perlu dengan sekolah tinggi karena hal tersebut bisa dimulai dari diri semua manusia sebaga pribadi apakah yang dilakukan benar atau salah.
Sawangan, 30 Juli 2018